A M A N A T






A M A N A T




Aku tersesat dalam sebuah dunia 

dingin nan gelap,
tapi seorang ayah telah datang
membawa lilin kecil dan secangkir pesanan

" Menyerah itu perlu,
namun kau mesti buka mata dari jatuhmu
dan berlari kembali!
Kelak kau akan mengerti kenapa hidup mesti berbagi,
kerana setiap cerita yang kau kisahkan
adalah goresan warna pada kehidupan fana
yang telah kugambar.
Satu saat aku mesti mati,
tapi amanatku akan menjadi mentera
untuk membangkitkanmu kembali.
Tulislah namamu hingga titik penghabisan
sebelum nisan menulis namamu"


Daun-daun hanya bisa gugur
ketika dia menceritakan ini kepadaku
Anginpun tersesat 

ketika aku harus mencari diriku dalam dirinya

Pada dinding yang kulukis sepi,
kau bimbing tanganku,
menuliskan pada selembar kertas
yang sebelumnya tak kuketahui


Kau ajarkanku mengeja
hingga membaca larik-larik kalimat
untuk memahami diriku 

anak perempuanmu
harus taat, berhati baik


Baktiku hanya tersisa doa
sementara durhakaku kepadamu
menjadi tompok sesal 

dalam hitungan nafas
yang saat kutuliskan puisi ini,
kau masih mampu tersenyum 


memandang daun takdirmu
nun jauh di Lauh-Mahfuz
kian layu menunggu gugur





aar/August 21, 2008




 





* Buat ayah...
semoga tetap diberi ketabahan, kesabaran
dan kekuatan iman
untuk terus berjuang menghadapi
dugaan Allah yang maha besar ini.







* Al-Fatehah...
buat almarhum ayahanda yang amat dikasihi
Hj Abdul Rahim b. Alang
9 July 1942 - 7 Oktober 2008