Kamu




Ada hal yang tak dimengertikan disini
Bukan kerana dangkalnya pemahaman
Melainkan tanda tanya
untuk kita meneka dan saling menduga

Dalam puisi terakhir
Aku sediakan kau tempat
Malah lebih lapang dari dunia
Luas tak berbatas serupa langit

Dan kusimpan kemas namamu
Dalam sebaik kata semulia doa
Begitulah caraku menabahkan hati
setelah pecah berulang kali






aar/December 22, 2015






Saat Kau mati




Ada yang hilang, saat kau hilang

Tiada dialog terungkap
Seluruh deriaku mogok
Dan ruang ini begitu lengang
seperti menunggu Qiamat diberitakan tuhan

Aku meneka-neka siapa akan memulai
sendu-sendan bakal pecah
dari cetakan manuskrip dikirim otak
Membuat derita
menemukan parut sebagai takdirnya

Saat kau mati
Aku ditinggalkan dalam kesepian paling riuh

Jiwaku ikut pergi bersamamu






aar/November 27, 2015









Kabut





Telah datang 
goresan Kabut menghasut

Menyuaku racun manis
Mimpi-mimpi pekat
Syair hiba berbagi siksa
Belahan rindu tentang kamu

Telah kuhambat, kuusir
Malah kian banyak hadir memikat
Mengajakku terus berhenti berdoa

Justeru tuhanku,
kerana beban ini tak tertanggungkan
Sarat kisah hati, dendam segala

Aku mohon dengan sangat

Berikan dia disini
kontrak kehidupan sempurna

Biarkan aku mati disana
penyudah yang baik







aar/November 24, 2015




The Guardian





Dia adalah Malaikatku
dititah tuhan datang mengabdi

Intan terpilih
diantara timbunan manusia plastik
pernah datang merisik

Kabarnya,
malaikat pelindung itu adalah kado terbaik
dikirim tuhan
Padahal seisi langit bahkan tahu
ladang puisiku saja tak pernah dibajaknya
Inikan menghafal jenama tas tangan baruku

Takdir ini haram dibahas
kerana aku berhutang hidup dengan Sang Karma
Dia satu-satunya pemiutang gila terpatuh
tak betah diurus oleh sesiapa

Aku tahu,
saat ini tuhan sedang menggeleng
atau mungkin tertawa
melihat latah genetik si Hawa
masih meminta-minta nasib busuknya ditukar lagi
padahal isi syurga itu
tidak ada satupun tiketnya percuma







aar/5 November 2015